TENTANG SAYA
Miskar Kariti dilahirkan tanggal 13 September 1965, dengan nama lahir Miskar, di wilayah kabupaten Sumedang. Tepatnya di kampung Cinaglang, Dusun Cinaglang, Desa Sukamenak saat itu, dan sekarang desa tersebut telah dimekarkan salah satunya yang menjadi tempat lahir dan tinggal Miskar Kariti menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekarang menetap di (hanya beda nama kampung saja) kampung Pataruman No. 13 RT 04 RW 02, Dusun Cinaglang, Desa Neglasari, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, Indonesia, Kode Pos SUMEDANG 45372.
Bakat merangkai
kata-kata untuk dijadikan tulis-tulisan dirasakannya sejak kelas 5 SD tahun
1978 begitu senangnya juga sangat senang bersandiwara-sandiwaraan dan mencoret-coret
kertas kosong atau buku tulisnya untuk digambari. Semua bakat-bakatnya dilaluinya
tidak mulus dan sangat jauh ke arah itu. Hanya Miskar kala itu, sesuai nama lahir yang
tercetak di atas ijazah dan KTP-nya saat ini, yang merasakan begitu banyak
rintangan menuju ke arahnya salah satu diantaranya sarana.
Miskar menjadi
Miskar Kariti samarannya kala dia kursus jurnalistik, mencoba mengirimkan
tulisan-tulisan ke koran-koran dan majalah-majalah berbahasa Indonesia, atas
saran guru jurnalistik dan kakaknya. Miskar Kariti sama sekali mentah di dalam kepenulisannya sehingga
semua kirimannya tidak satu pun dimuat. Selanjutnya merubah nama samarannya
Miskar Billytsa Tera kala mengirimkan cerita pendek ke majalah berbahasa Sunda,
Manglé, itu pun tidak dimuat. Miskar kembali ke nama samaran semula Miskar
Kariti hingga sekarang. Seolah-olah dikukuhkan nama Miskar Kariti dengan
membuka akun media sosial on line; Google +, Kompasiana, facebook dan
lain-lainnya.
Mengarang cerita, melukis, bermain sandiwara ke arah ahli umumnya para pengarang, penulis, pelukis atau aktor aral gendala seolah-olah menjadi-jadi. Sehingga sangat dimungkinkan orang-orang bertanya-tanya, mengapa atau apa sebab-sebab halangannya. Ya ... semuanya entah. Mungkin bukan jalan kehidupannya atau belum waktunya? Kembali jawaban Miskar Kariti, entah. Yang terlihat atau dapat dibaca dari hasil-hasil bakat Miskar Kariti sekarang, kembali menghapal pelajaran-pelajaran lampau walaupun benang-benang yang dirajutnya telah rapuh, cerita-ceritaan, canda-candaan, puisi-puisian, dongeng-dongengan di akunnya, juga lukis-lukisan di atas kanvas-kanvasan di gubuknya dan bersandiwara-sandiwaraan di atas panggung-panggungan bernama “Entah Kapan” menurutnya.
![]() |
Berkunjung ke rumah keluarga. |
Mengarang cerita, melukis, bermain sandiwara ke arah ahli umumnya para pengarang, penulis, pelukis atau aktor aral gendala seolah-olah menjadi-jadi. Sehingga sangat dimungkinkan orang-orang bertanya-tanya, mengapa atau apa sebab-sebab halangannya. Ya ... semuanya entah. Mungkin bukan jalan kehidupannya atau belum waktunya? Kembali jawaban Miskar Kariti, entah. Yang terlihat atau dapat dibaca dari hasil-hasil bakat Miskar Kariti sekarang, kembali menghapal pelajaran-pelajaran lampau walaupun benang-benang yang dirajutnya telah rapuh, cerita-ceritaan, canda-candaan, puisi-puisian, dongeng-dongengan di akunnya, juga lukis-lukisan di atas kanvas-kanvasan di gubuknya dan bersandiwara-sandiwaraan di atas panggung-panggungan bernama “Entah Kapan” menurutnya.
Hal di luar bakat kesenangan tersebut, kesenangan lain Miskar Kariti, elektronika. Walaupun diri mencetuskan berhenti dari tukang memperbaiki alat-alat elektronika, ada saja orang-orang yang meminta pertolongan sekedar diperiksakan alat-alat elektronikanya yang bermasalah.
Hingga riwayat ini ditulis, menurutnya, menjawabkan ketidaksuksesan memperjuangkan bakat-bakat kesenangan-kesenangan dirinya bersama-sama dengan yang di luar tersebut hanya entah. Hanya kata “entah” yang cocok jawaban dari liku-liku kehidupan di luar dan di dalam kesenangan bakat-bakatnya. Entah berupa gangguan, entah berupa pemberitahuan kepada dirinya, menuju perbaikan dari Tuhan untuk dijalaninya.
Sehingga entahlah yang menjadi bekal Miskar Kariti di dalam berusaha membentangkan benang hidup dan kehidupan yang sebentar lagi bertemu dengan tiang penyimpulnya. Menurut kesimpulannya, lurus, tidak lurus, berkelok-kelok, bahkan berbelit-belit terjalin tidak keruan dikarenakan kusut, adalah benang bentangannya. Benang hidup benang kehidupan yang serba misterius antara susahnya, senangnya, sedihnya, bahagianya, surganya, azabnya, siksanya yang mau tidak mau harus dinikmatinya sekarang dan dinikmatinya nanti. Begitulah. Walaupun Miskar Kariti sama sekali sangat tidak berencana untuk datang ke dunia menjalani hidup dan kehidupannya, juga untuk menjalani hidup dan kehidupannya di akhirat nanti. Miskar Kariti telah menjadi Ketetapan Tuhan, ia harus datang untuk membentangkan benangnya hingga menyimpulkannya di tiang penyimpul bentangannya yang bersama-sama dengannya bernama “Tidak Ada”. Ya. Itu! Katanya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya haturkan terimakasih yang tidak terhingga kepada para pembaca juga saudara saya Alimudin, beliau menyemangati dan membiayai (pembelian kuota internet) sehingga terciptanya blog ini.
Saya,
Miskar Kariti