Kita terpesona memurukkan diri membarui kembang
Supaya menjadi kembang yang terindah idam-idam kita
Asa serentak jadilah dan jadilah
Selang antara
Kembang idam-idam itu puruk-parak
Tulang dan onak lambang ketegakan dan kegagahan menjelma kenistaan
Padahal telah angan-angan menerawang langit dan menjenguk
Sia-sia
Yang terjadi malah angan-angan mengikut tubuh
Benarkah kita naif
Yang hanya angan-angan menerawang langit lalu sia-sia dan selalu angan-angan mengikut tubuh
Seharusnya tidak
Sungguh biadab jika kita hanya selalu angan-angan menerawang langit lalu gagal selalu angan-angan mengikut tubuh
Dimuatkan ke fiksi kompasiana 12 June 2012 | 01:31
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/06/12/kembang-idam-idam-angan-469070.html
Dari syair sebuah lagu
Kuukir menjadi nasihat
Kukagum betapa penurut
Kutitikkan air mata kujadikan tinta
Untuk menuliskan perjanjian di relung-relung jasad
Menasihatimu bukan menunggui tubuhmu
Kuputar mengingat semua itu:
Gubahanku
Kutuliskan lagu ini
Kupersembahkan padamu
Walaupun tiada indah syair lagu yang kugubah
Kuingatkan kepadamu akan janjimu padaku
Hanyalah satu pintaku
Jangan kau lupakan daku
Walau apa yang terjadi tabahkanlah hatimu selalu
Jangan sampai kau tergoda mulut manis yang berbisa
Setahun kita berpisah
Sewindu terasa sudah
Duhai gadis pujaanku cintaku hanya padamu
Kembali kutitikkan air mata dan kujadikan tinta
Untuk menampakkan goresan-goresan kenestapaan
Di relung-relung jasad itu duhai Gadisku
(Untuk gadis kecilku di mana saja berada)
Dimuatkan ke fiksi kompasiana 07 Juni 2012 | 05:03
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/06/07/duhai-gadisku-467892.html
Memilih yang indah dari yang terindah
Bergelora elok amarah
Asmara kebimbangan kantuk
Nan sangat membelenggu penggoresan lalu
Tumpul
Mengambil asa sebatang rokok berkali-kali
Berkuas bercat putih hitam kelabu
Berbenang-benang kusut pelurus
Sedih berwujud asmara
Kantuk elok kebimbangan
Amarah berteriak gumam
Sungguh lukisan nan berkarau!
Matahari kian diam kian tinggi
Petang kian diam kian sore
Terjadi malam membanting kuas beserta cat
Tertidurlah malam pulas
Surya dijemput nian Si Jago
Berkopi pahit
Lukisan terkoyak-koyak lukisan berserakan
Bingkai terinjak-injak keleluasaannya jalan
Hati menjerit mendengking sunyi
Angan lalu paham tertumbuk
Dimuatkan ke fiksi kompasiana 31 Mei 2012 | 03:54
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/05/31/lukisan-466265.html
Belantara itu menunggumu kawan
Pakailah pakaian putih itu!
Agar Belantara mengenalmu
Dan yakin engkau adalah tamunya!
Sayang langit kelam kelimut
Tiada setitik cahaya mengintip menerangi jalan
Wahai Gagak apa isinya berita itu?
Belantara berkehendak intiplah cahaya itu!
Mengintip cahaya?
Ya cahaya!
Andai cahaya untuk hidup bukankah kau pembawa berita kematian?
Tapi bukan Gagak yang itu! Saya adalah pembawa cahaya putih dari kehidupan!
Bukankah bulumu telah ditetapkan berwarna hitam?
Ya tetapi saya pembawa cahaya putih dari kehidupan!
Langit tetap kelam kelimut
Hujan turun guntur pun bersahut-sahutan
Hati-hati! Hati-hati! Berulang-ulang
Gagak terbelah warna kilat
Sebentar-sebentar hitam dan sebentar-sebentar putih
Dimuatkan ke fiksi kompasiana 30 Mei 2012 | 12:27
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/05/30/gagak-pembawa-berita-465991.html